Thursday, January 10, 2013

Selubung Kabut sang Frater

Sekitar bulan November Presiden Soekarno menerima surat terbuka dari seseorang bernama Dadap Waru yang isinya mengecam kedekatan sang Presiden dengan komunis. Saat itu memang Soekarno ingin menyatukan golongan nasionalis, agama dan komunis dengan konsep Nasakom-nya.
 


Di kemudian hari terbukalah samaran sang pemilik nama Dadap Waru tersebut, ia adalah Pater Beek, lengkapnya Frater Josephus Gerardus Beek dari ordo Jesuit.

Tidak cukup dengan mengecam, ternyata Menurut Jos Hagers dalam artikelnya di surat kabar De Telegraaf bulan Juli tahun 1993 sang Frater disebut sebagai salah satu otak kudeta 1965 yang bertujuan memuluskan langkah Soeharto mendongkel Soekarno.

Kepalang basah dengan langkahnya memusuhi komunis, Beek makin dalam terlibat dalam politik praktis. Dengan kepiawaiannya ia berhasil memukul komunis dan Islam sekaligus. HMI, GMNI, pemuda Muhammadiyah tanpa sadar ikut dalam permainan politik, memburu dan mengeksekusi orang orang yang dicurigai sebagai anggota PKI di pelosok desa yang kebanyakan adalah muslim juga, bahkan umumnya mereka tidak tahu menahu tentang pembantaian para Jenderal

Kedekatannya dengan Ali Moertopo sang ketua Opsus mendorongnya terlibat dalam pembentukan sekber GOLKAR. Ia juga terlibat aktif dalam pendirian CSIS tahun 1971 yang menjadi think tank perumus kebijakan Orba.

Menurut beberapa tulisan yang dikumpulkan, Beek melihat ancaman terhadap Katholik selain Komunis adalah Islam dan Militer. Namun dengan prinsip Minus Malum ia menganggap ancaman Militer lebih kecil dibandingkan Islam.

Ada sebuah tulisan yang yang mengatakan sebagai berikut :

Di sebuah kantor di Jalan Gunung Sahari 88, Jakarta, Van den Heuvel sempat mewawancarai Pater Beek. Pada kesempatan itu, Pater Beek menyatakan keprihatinannya tentang komunisme dan menganggap Islam sudah membahayakan. Ia berambisi ‘menyelamatkan’ minoritas pemeluk agama Katholik saat itu.

Pater Beek berpendapat, hal itu dapat diwujudkan dengan memberi dukungan dan penyuluhan ke TNI. Ia tak segan mengirim satuan tentara untuk memperkuat Orde Baru di bawah pimpinan Jenderal Soeharto. Van den Heuvel sendiri mencap Pater Beek sebagai ‘dalang wayang politik’ di Indonesia.

Sebetulnya, Van den Heuvel sudah menyinggung peran misterius Pater Beek dalam sejarah Indonesia di sebuah roman (1991) dan wawancara (1993). Bahkan, di tahun 1993 Van den Heuvel menyebut Beek sebagai otak genius penggagalan kudeta PKI di tahun 1965 dan makar-makar lainnya setelah itu.

Van den Heuvel sendiri menyaksikan di tahun 1966 Pater Beek sedang menyusun naskah pidato di mesin tik tua merek Remington dan keesokan harinya pidato tersebut dibacakan oleh Soeharto. Selain itu, Van den Heuvel melihat beberapa catatan Beek di tahun 1963 mengenai rencana pembentukan Golkar.

Dengan kedudukannya sebagai kepala asrama Realino di Yogyakarta, ia menerapkan program Kasebul (Kaderisasi Sebulan) dengan metode pelatihan ala militer untuk membentuk kader kader militan pendukung sepak terjangnya. Disebutkan salah satu anak didiknya adalah intelektual muda Ahmad Wahib dan Hasan Basri.

Entah benar atau tidak disebut sebut Benny Moerdani adalah salah satu mentor Kasebul.

Aktivitas militannya tidak pernah mendapat pujian menyeluruh dari Gereja di Indonesia. Ia bahkan berseberangan dengan Romo Mangun. Lokomotif Basis, Romo Dick Hartoko terkesan menghindar saat diwawancara Tempo mengenai Beek.

Akhirnya Vatican memindahkan Beek dari Indonesia atas permintaan Soetopo Yoewono Kabakin waktu itu. Walau tahun 1974 ia kembali ke Indonesia.
Ia wafat tahun 1983 dan dimakamkan di Girisonta, Ungaran.

Beek tercatat sebagai 100 dari orang yang mempengaruhi kondisi politik di Indonesia.

Menurut beberapa kalangan Frater Beek dinilai sebagai seorang dengan kepribadian unik, menarik : tegas, disiplin, logis, realistik, sportif, konsekuen dan saleh.

Kalau memang Beek terlibat dengan kudeta dan kegiatan politik praktis sangat disayangkan seorang panutan dalam agama melakukan hal hal seperti itu.

Saya memang selalu menaruh curiga terhadap pemimpin umat yang terlalu dekat dengan penguasa. Entah itu pemimpin umat muslim ataupun nasrani.

No comments:

Post a Comment